Selamat Datang Di Blog Sederhana Saya

Monday, 9 April 2018

Pengertian VUCA dan Cara Menghadapi


V  U  C  A                     W  O  R  L  D

Salah satu tantangan yang harus dihadapi di dunia bisnis adalah VUCA world. VUCA yang merupakan singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity merupakan gambaran situasi di dunia bisnis di masa kini. Volatilyadalah dinamika perubahan yang sangat cepat, Uncertainly diartikan sebagai kurangnya prediktabilitas terhadap isu dan peristiwa yang terjadi, Complexityyaitu adanya gangguan dan kekacauan yang mengelilingi setiap organisasi. Sedangkan Ambiguity didefinisikan sebagai beban berat realitas dan makna yang berbaur dari berbagai kondisi yang ada.
Banyak organisasi yang berjuang untuk tetap bertahan dan selaras dalam sifat VUCA tersebut. VUCA world yang berpengaruh pada dunia bisnis ternyata berpengaruh secara signifikan pada sumber daya manusia. Menurut Pambudi Sunarsihanto, Direktur Human Capital Departemen Citibank Indonesia dalam acara DataOn 10th Annual Conference 2015 yang diadakan di Hotel Fairmont, Jakarta tanggal 1 April 2015 lalu,  ketika praktisi HR ditanyakan mengenai kesiapan mereka terhadap VUCA, mereka akan menjawab siap. “Padahal kesiapan itu bukan hanya siap untuk dirinya sendiri, tetapi juga seluruh tim di perusahaan,” papar Pambudi.
VUCA World rupanya menciptakan suatu tren baru yang penting untuk dipahami oleh praktisi SDM dan pemimpin perusahaan masa kini. Ketika dulunya orang yang mencari perusahaan untuk memberinya kerja, kini sebaliknya. Perusahaanlah yang mencari orang. Saat dulunya, mesin, modal dan kondisi geografi menjadi sebuah keunggulan, maka sekarang, karyawan yang bertalentalah keunggulan perusahaan. Talent yang dulunya hanya berperan kecil terhadap keberhasilan bisnis, sekarang menjadi penentu perubahan.
Demikian juga dengan lowongan kerja. Pada masa lampau, lowongan kerja sangat langka. “Namun sekarang yang langka bukanlah lowongan kerja tetapi justru talent yang berkualitas. Sulitnya mendapatkan talent juga dibarengi dengan bergesernya loyalitas karyawan,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Executive Vice President, Human Resources di Telkomsel periode 2008 – 2010. Ia menambahkan, dahulu karyawan berpikir untuk berkarir lama pada sebuah perusahaan. Kini, komitmen orang lebih bersifat short-term. Pada umumnya mereka tidak loyal kepada perusahaan tetapi pada profesi.
Ia menegaskan, cara mengelola talent dalam menghadapi VUCA World adalah dengan tiga hal yaitu sesuaikan  gaya kepemimpinan Anda dengan kondisi, bedakan metode Anda dalam mengembangkan para talent, dan perkuat proposisi nilai karyawan Anda. Menurut Pambudi, dalam situasi yang penuh ketidakpastian tersebut, dibutuhkan kesiapan khusus untuk bisa bertahan dalam kompetisi. “Yang bisa bertahan hidup itu bukanlah mereka yang besar dan kuat. Karena dinosaurus pun punah. Yang bisa bertahan adalah mereka yang mampu menyesuaikan diri. Misalnya seperti kura-kura,” kata Pambudi mengutip kalimat Charles Darwin, penemu teori evolusi.
Selain itu, ada hal yang harus dipersiapkan orang HR yaitu mempersiapkan seorang pemimpin yang dapat membaca tren masa depan dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, seperti yang telah dilakukan oleh Citibank saat ini. Sebagai pionir, Citibank memang dikenal telah mencetak banyak sekali pemimpin di dunia. Di Indonesia, sudah hampir 47 tahun Citibank Indonesia terus berupaya menanamkan mindset pada setiap orang agar mengingatnya bukan sekadar bisnis semata, melainkan konsen dalam pengembangan para pemimpin baru.
Leadership memang menjadi salah satu kunci dasar dari nilai-nilai budaya Citi. Dengan kehadirannya di 1.000 kota di lebih dari 160 negara, Citibank berupaya mencapai visi tersebut dengan memanfaatkan global network yang dipunyai. Citibank sendiri adalah bank multinasional yang menjadi kepercayaan 495 perusahaan yang masuk Fortune 500, berkomitmen untuk membentuk lebih banyak pemimpin masa depan, baik itu untuk perusahaan, industri dan negara. “We develope a great leader for the company, for the industry, and for the country,” ujar  Pambudi seraya menambahkan bahwa semua harus menjadi satu kesatuan yang utuh, tidak cukup hanya dengan melaksanakan attract, develop, motivate, dan retain SDM.
Dari telaah tersebut, kondisi dunia saat ini disebut sebagai VUCA, singkatan dari Volatile yang bermakna sementara dan berubah-ubah, Uncertainty yang berarti tidak pasti, Complex yang diterjemahkan sebagai rumit, dan Ambiguous yang ditafsirkan dengan ambigu alias multi tafsir. Sehingga kondisi VUCA adalah kondisi yang dianggap “normal” saat ini, dengan kata lain jangan heran, jangan takut dan jangan lengah bahwa ketidakpastian sekarang adalah sesuatu yang normal. Lantas bagaimana cara merespon ketidakpastian yang sekarang harus dianggap normal itu?
Berikut adalah Jurus Sakti untuk menghadapi sesuatu yang tak pasti, jurus tersebut bernama VUCA, jadi kondisi VUCA kita atasi dengan Jurus VUCA juga, bedanya adalah VUCA sebagai Jurus untuk menghadapi ketidakpastian merupakan singkatan dari beberapa cara yaitu: V berarti Vision berarti visi atau pandangan jauh kedepan untuk mengatasi kondisi Volatile atau perubahan yang sementara dan cepat. Jurus yang pertama terbukti sangat ampuh, penelitian yang dilakukan oleh Jack Canfield membuktikan 75 persen orang yang sukses adalah mereka yang memiliki visi yang jelas dan lugas. Intinya ketika kita memiliki Visi yang jelas, jangan pernah kompromi dengan Visi itu jika terjadi perubahan yang mendadak, tapi silahkan anda berkompromi dengan cara mencapai Visi itu. Maka dengan demikian Visi yang lugas akan berfungsi sebagai pemandu jalan mencapai harapan sekaligus rel yang kuat ketika terjadi kondisi Volatile.
U bermakna Understanding atau pemahaman untuk mengatasi situasi Uncertainty atau ketidakapastian. Jurus yang kedua ini sungguh sangat dianjurkan ketika ketidakpastian datang silih berganti, dengan pemahaman yang menyeluruh dan paripurna terhadap situasi itu, maka apapun ketidakpastian yang terjadi bisa diantisipasi. Dengan pemahaman yang kuat, akan membuat kita semakin percaya bahwa pada setiap perubahan tersembunyi peluang untuk kemajuan, temukan peluang dengan pemahaman yang baik serta pengetahuan yang selalu diperbarui.
C untuk Clarity atau ketajaman atau kejelasan, jurus yang ketiga ini sangat pas digunakan untuk mengatasi kondisi Complex atau rumit. Ya memang hanya dengan ketajaman maka segala kompleksitas yang ada dalam situasi yang tidak pasti bisa diurai satu per satu. Ketajaman ini hanya akan kita dapatkan ketika 2 jurus di atas anda praktikkan secara simultan.
 A berarti Agility atau kelincahan, ketangkasan dan kegesitan. Jurus yang keempat ini memang sangat cocok untuk mengatasi keadaan Ambiguous. Ketika kondisi berubah menjadi ambigu dan sulit untuk ditafsirkan apa makna dibalik ketidakpastian tersebut, kelincahan bergerak adalah cara paling jitu untuk merespon apapun makna dari kondisi yang ambigu tersebut. Jurus keempat ini bermakna bahwa setelah ketiga jurus di atas anda lakukan maka kini saatnya berfokus kepada tindakan alias action, ya karena hanya tindakan yang akan menimbulkan dampak. Maka mulai saat ini, kita tidak perlu resah dan gelisah serta galau dengan berbagai macam ketidakpastian, gunakan Jurus Sakti VUCA untuk menghadapi itu semua, dan saksikan keajaiban yang akan terjadi bahwa kita bahkan mampu secara pasti melangkah ditengah ketidakpastian.

Dunia VUCA adalah masa depan yang menginspirasi dan dipenuhi dengan kesempatan-kesempatan.  Cara terbaik untuk menyiapkan diri adalah melihat 10 tahun ke depan.  Untuk itu dalam buku ini disampaikan 10 keterampilan kepemimpinan baru yakni:

1.       Maker Instinct yaitu kemampuan mengeksploitasi daya dorong dalam diri untuk membangun dan mengembangkan beragam hal sedemikian halnya membuat hubungan dengan lainnya untuk menjadikannya.

2.       Clarity yaitu kemampuan melihat dengan menembus kesulitan-kesulitan dan kontradiksi-kontradiksi ke masa depan yang tidak dilihat oleh lainnya.  Pemimpin sangat jelas mengenai apa yang sedang dibuatnya namun sangat luwes mengenai bagaimana membuatnya terjadi.

3.       Dilemma Flipping yaitu kemampuan membalik dilema yang tak dapat diselesaikan menjadi keuntungan-keuntungan dan kesempatan-kesempatan.

4.       Immerse Learning Ability yaitu kemampuan melibatkan diri ke dalam lingkungan yang tidak familiar untuk mempelajari langsung dari sumber pertama.

5.       Bio-Empathy yaitu kemampuan melihat hal-hal dari titik pandang alami untuk memahami, menghormati, dan belajar dari pola-pola alami.

6.       Constructive Depolarizing yaitu kemampuan meredam situasi-situasi tegang di mana perbedaan mendominasi dan komunikasi terputus, serta membawa orang-orang dari budaya berbeda menuju pelibatan konstruktif.

7.       Quiet Transparency yaitu kemampuan untuk terbuka dan otentik tanpa bermaksud pamer.

8.       Rapid Prototyping yaitu kemampuan menciptakan dengan cepat inovasi-inovasi versi awal dengan pengharapan kesuksesan berikutnya akan memerlukan kegagalan-kegagalan awal.

9.        Smart Mob Organizing yaitu kemampuan menciptakan, melibatkan dengan, dan membangun bisnis yang mempunyai tujuan atau jaringan perubahan sosial melalui penggunaan cerdas media elektronika dan lainnya.

10.   Commons Creating yaitu kemampuan menanam benih, membangun, dan menumbuhkan aset-aset bersama yang dapat memberikan keuntungan kepada orang lain dan kadang memperbolehkan kompetisi pada tingkatan yang lebih tinggi.


Bob Johansen, Leaders Make the Future: Ten New Leadership Skills for Uncertain World, Barret-Koehle Publishers, San Franscisco, 2009

1 comment: