V U C
A W O
R L D
Salah satu
tantangan yang harus dihadapi di dunia bisnis adalah VUCA world. VUCA yang
merupakan singkatan dari Volatility, Uncertainty,
Complexity dan Ambiguity merupakan
gambaran situasi di dunia bisnis di masa kini. Volatilyadalah
dinamika perubahan yang sangat cepat, Uncertainly diartikan
sebagai kurangnya prediktabilitas terhadap isu dan peristiwa yang
terjadi, Complexityyaitu adanya gangguan dan kekacauan yang
mengelilingi setiap organisasi. Sedangkan Ambiguity didefinisikan
sebagai beban berat realitas dan makna yang berbaur dari berbagai kondisi yang
ada.
Banyak
organisasi yang berjuang untuk tetap bertahan dan selaras dalam sifat VUCA
tersebut. VUCA world yang berpengaruh pada dunia bisnis ternyata berpengaruh
secara signifikan pada sumber daya manusia. Menurut Pambudi Sunarsihanto,
Direktur Human Capital Departemen Citibank Indonesia dalam acara DataOn 10th Annual Conference 2015 yang diadakan di Hotel
Fairmont, Jakarta tanggal 1 April 2015 lalu, ketika praktisi HR
ditanyakan mengenai kesiapan mereka terhadap VUCA, mereka akan menjawab siap.
“Padahal kesiapan itu bukan hanya siap untuk dirinya sendiri, tetapi juga
seluruh tim di perusahaan,” papar Pambudi.
VUCA World
rupanya menciptakan suatu tren baru yang penting untuk dipahami oleh praktisi
SDM dan pemimpin perusahaan masa kini. Ketika dulunya orang yang mencari
perusahaan untuk memberinya kerja, kini sebaliknya. Perusahaanlah yang mencari
orang. Saat dulunya, mesin, modal dan kondisi geografi menjadi sebuah
keunggulan, maka sekarang, karyawan yang bertalentalah keunggulan
perusahaan. Talent yang dulunya hanya
berperan kecil terhadap keberhasilan bisnis, sekarang menjadi penentu
perubahan.
Demikian
juga dengan lowongan kerja. Pada masa lampau, lowongan kerja sangat langka.
“Namun sekarang yang langka bukanlah lowongan kerja tetapi justru talent yang berkualitas. Sulitnya mendapatkan
talent juga dibarengi dengan bergesernya loyalitas karyawan,” ujar pria yang
pernah menjabat sebagai Executive Vice President,
Human Resources di Telkomsel periode 2008 – 2010. Ia
menambahkan, dahulu karyawan berpikir untuk berkarir lama pada sebuah
perusahaan. Kini, komitmen orang lebih bersifat short-term.
Pada umumnya mereka tidak loyal kepada perusahaan tetapi pada profesi.
Ia
menegaskan, cara mengelola talent dalam menghadapi VUCA World adalah dengan
tiga hal yaitu sesuaikan gaya kepemimpinan Anda dengan kondisi, bedakan
metode Anda dalam mengembangkan para talent, dan perkuat proposisi nilai
karyawan Anda. Menurut Pambudi, dalam situasi yang penuh ketidakpastian
tersebut, dibutuhkan kesiapan khusus untuk bisa bertahan dalam kompetisi. “Yang
bisa bertahan hidup itu bukanlah mereka yang besar dan kuat. Karena dinosaurus
pun punah. Yang bisa bertahan adalah mereka yang mampu menyesuaikan diri.
Misalnya seperti kura-kura,” kata Pambudi mengutip kalimat Charles Darwin,
penemu teori evolusi.
Selain itu,
ada hal yang harus dipersiapkan orang HR yaitu mempersiapkan seorang pemimpin
yang dapat membaca tren masa depan dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai
situasi, seperti yang telah dilakukan oleh Citibank saat ini. Sebagai pionir,
Citibank memang dikenal telah mencetak banyak sekali pemimpin di dunia. Di
Indonesia, sudah hampir 47 tahun Citibank Indonesia terus berupaya menanamkan
mindset pada setiap orang agar mengingatnya bukan sekadar bisnis semata,
melainkan konsen dalam pengembangan para pemimpin baru.
Leadership memang
menjadi salah satu kunci dasar dari nilai-nilai budaya Citi. Dengan
kehadirannya di 1.000 kota di lebih dari 160 negara, Citibank berupaya mencapai
visi tersebut dengan memanfaatkan global network yang dipunyai. Citibank
sendiri adalah bank multinasional yang menjadi kepercayaan 495 perusahaan yang
masuk Fortune 500, berkomitmen untuk membentuk lebih banyak pemimpin masa
depan, baik itu untuk perusahaan, industri dan negara. “We develope a great
leader for the company, for the industry, and for the country,” ujar
Pambudi seraya menambahkan bahwa semua harus menjadi satu kesatuan yang
utuh, tidak cukup hanya dengan melaksanakan attract, develop, motivate,
dan retain SDM.
Dari telaah tersebut, kondisi dunia saat ini disebut sebagai
VUCA, singkatan dari Volatile yang bermakna sementara dan berubah-ubah,
Uncertainty yang berarti tidak pasti, Complex yang diterjemahkan sebagai rumit,
dan Ambiguous yang ditafsirkan dengan ambigu alias multi tafsir. Sehingga
kondisi VUCA adalah kondisi yang dianggap “normal” saat ini, dengan kata lain
jangan heran, jangan takut dan jangan lengah bahwa ketidakpastian sekarang adalah
sesuatu yang normal. Lantas bagaimana cara merespon ketidakpastian yang
sekarang harus dianggap normal itu?
Berikut adalah Jurus Sakti untuk menghadapi sesuatu yang tak
pasti, jurus tersebut bernama VUCA, jadi kondisi VUCA kita atasi dengan Jurus
VUCA juga, bedanya adalah VUCA sebagai Jurus untuk menghadapi ketidakpastian
merupakan singkatan dari beberapa cara yaitu: V berarti Vision berarti visi
atau pandangan jauh kedepan untuk mengatasi kondisi Volatile atau perubahan
yang sementara dan cepat. Jurus yang pertama terbukti sangat ampuh, penelitian
yang dilakukan oleh Jack Canfield membuktikan 75 persen orang yang sukses
adalah mereka yang memiliki visi yang jelas dan lugas. Intinya ketika kita
memiliki Visi yang jelas, jangan pernah kompromi dengan Visi itu jika terjadi
perubahan yang mendadak, tapi silahkan anda berkompromi dengan cara mencapai
Visi itu. Maka dengan demikian Visi yang lugas akan berfungsi sebagai pemandu
jalan mencapai harapan sekaligus rel yang kuat ketika terjadi kondisi Volatile.
U bermakna Understanding atau pemahaman untuk mengatasi
situasi Uncertainty atau ketidakapastian. Jurus yang kedua ini sungguh sangat
dianjurkan ketika ketidakpastian datang silih berganti, dengan pemahaman yang
menyeluruh dan paripurna terhadap situasi itu, maka apapun ketidakpastian yang
terjadi bisa diantisipasi. Dengan pemahaman yang kuat, akan membuat kita
semakin percaya bahwa pada setiap perubahan tersembunyi peluang untuk kemajuan,
temukan peluang dengan pemahaman yang baik serta pengetahuan yang selalu
diperbarui.
C untuk Clarity atau ketajaman atau kejelasan, jurus yang
ketiga ini sangat pas digunakan untuk mengatasi kondisi Complex atau rumit. Ya
memang hanya dengan ketajaman maka segala kompleksitas yang ada dalam situasi
yang tidak pasti bisa diurai satu per satu. Ketajaman ini hanya akan kita
dapatkan ketika 2 jurus di atas anda praktikkan secara simultan.
A berarti Agility atau
kelincahan, ketangkasan dan kegesitan. Jurus yang keempat ini memang sangat
cocok untuk mengatasi keadaan Ambiguous. Ketika kondisi berubah menjadi ambigu
dan sulit untuk ditafsirkan apa makna dibalik ketidakpastian tersebut,
kelincahan bergerak adalah cara paling jitu untuk merespon apapun makna dari
kondisi yang ambigu tersebut. Jurus keempat ini bermakna bahwa setelah ketiga
jurus di atas anda lakukan maka kini saatnya berfokus kepada tindakan alias
action, ya karena hanya tindakan yang akan menimbulkan dampak. Maka mulai saat
ini, kita tidak perlu resah dan gelisah serta galau dengan berbagai macam
ketidakpastian, gunakan Jurus Sakti VUCA untuk menghadapi itu semua, dan
saksikan keajaiban yang akan terjadi bahwa kita bahkan mampu secara pasti
melangkah ditengah ketidakpastian.
Dunia VUCA
adalah masa depan yang menginspirasi dan dipenuhi dengan kesempatan-kesempatan. Cara
terbaik untuk menyiapkan diri adalah melihat 10 tahun ke
depan. Untuk itu dalam buku ini disampaikan 10 keterampilan
kepemimpinan baru yakni:
1. Maker Instinct yaitu kemampuan
mengeksploitasi daya dorong dalam diri untuk membangun dan mengembangkan beragam
hal sedemikian halnya membuat hubungan dengan lainnya untuk menjadikannya.
2. Clarity yaitu kemampuan melihat
dengan menembus kesulitan-kesulitan dan kontradiksi-kontradiksi ke masa depan
yang tidak dilihat oleh lainnya. Pemimpin sangat jelas mengenai apa
yang sedang dibuatnya namun sangat luwes mengenai bagaimana membuatnya terjadi.
3. Dilemma Flipping yaitu kemampuan membalik
dilema yang tak dapat diselesaikan menjadi keuntungan-keuntungan dan
kesempatan-kesempatan.
4. Immerse Learning Ability yaitu kemampuan
melibatkan diri ke dalam lingkungan yang tidak familiar untuk
mempelajari langsung dari sumber pertama.
5. Bio-Empathy yaitu kemampuan melihat
hal-hal dari titik pandang alami untuk memahami, menghormati, dan belajar dari
pola-pola alami.
6. Constructive Depolarizing yaitu kemampuan meredam
situasi-situasi tegang di mana perbedaan mendominasi dan komunikasi
terputus, serta membawa orang-orang dari budaya berbeda menuju
pelibatan konstruktif.
7. Quiet Transparency yaitu kemampuan untuk
terbuka dan otentik tanpa bermaksud pamer.
8. Rapid Prototyping yaitu kemampuan
menciptakan dengan cepat inovasi-inovasi versi awal dengan pengharapan
kesuksesan berikutnya akan memerlukan kegagalan-kegagalan awal.
9. Smart Mob Organizing yaitu kemampuan
menciptakan, melibatkan dengan, dan membangun bisnis yang mempunyai tujuan atau
jaringan perubahan sosial melalui penggunaan cerdas media elektronika dan
lainnya.
10. Commons Creating yaitu kemampuan menanam
benih, membangun, dan menumbuhkan aset-aset bersama yang dapat memberikan keuntungan kepada orang
lain dan kadang memperbolehkan kompetisi pada tingkatan yang lebih tinggi.
Bob Johansen, Leaders Make the Future: Ten New Leadership Skills for Uncertain World, Barret-Koehle Publishers, San Franscisco, 2009.
inspiratif
ReplyDelete