Selamat Datang Di Blog Sederhana Saya

Friday, 3 January 2020

ARTIKEL POP CULTURE DAN KAPITALISME KONSUMERISME DAN KAPITALISME SEBAGAI DAMPAK DARI GLOBALISASI DAN BUDAYA POP


POP CULTURE DAN KAPITALISME
KONSUMERISME DAN KAPITALISME SEBAGAI DAMPAK DARI GLOBALISASI DAN BUDAYA POP
Oleh : Satria Avianda Nurcahyo

Latar Belakang Studi Budaya Populer
Dalam buku Teori Budaya dan Budaya Pop yang ditulis oleh John Storey,  Raymond Williams menyebut budaya bagai “satu dari dua atau tiga kata yang paling rumit dalam bahasa Inggris. Williams menawarkan tiga definisi yang sangat luas. Pertama, budaya dapat digunakan untuk mengacu pada “suatu proses umum perkembangan intelektual spiritual, estetis, para filsuf agung, seniman, dan penyair-penyair besarnya. Ini rumusan budaya yang paling mudah dipahami.Kedua, budaya bisa berarti “pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode, atau kelompok tertentu.” Ketiga, Williams menyatakan bahwa budaya pun bisa merujuk pada “karya dan praktik-praktik intelektual , terutama aktivitas artistik.” Dengan kata lain, teks-teks dan praktik-praktik itu diandaikan memiliki fungsi utama untuk menunjukkan, menandakan, memproduksi, atau kadang menjadi peristiwa yang menciptakan makna tertentu.
Menurut Raymond Williams dalam buku Teori Budaya dan Pop Culture yang ditulis oleh John Storey, mendefinisikan budaya pop (pop cultures) dengan dua kata terpisah. Yang pertama adalah popular, terhadap istilah ini Williams memberikan empat makna: “banyak disukai orang”, “jenis kerja rendahan”, “karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang”, “budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri.” Kemudian, untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah, yakni “budaya” dengan “popular” yang keduanya memiliki formulasi definisinya sendiri-sendiri. Dari sisi sejarah, perjalanan teori budaya dengan budaya pop adalah suatu sejarah di mana dua istilah itu terhubung satu sama lain oleh pemakaian teoretis dalam konteks historis dan sosial tertentu.
Konsumerisme dan Kapitalisme
Budaya konsumen dilatarbelakangi oleh munculnya masa kapitalisme yang diusung oleh Karl Marx yang kemudian disusul dengan liberalisme. Budaya konsumen yang merupakan jantung dari kapitalisme adalah sebuah budaya yang di dalamnya terdapat bentuk halusinasi, mimpi, artifilsialitas, kemasan wujud komoditi, yang kemudian dikonstruksi sosial melalui komunikasi ekonomi (iklan, show, media) sebagai kekuatan tanda (semiotic power) kapitalisme.Asal mula konsumerisme dikaitkan dengan proses industrialisasi pada awal abad ke-19. Karl Marx menganalisa buruh dan kondisi-kondisi material dari proses produksi. Menurutnya, kesadaran manusia ditentukan oleh kepemilikan alat-alat produksi. Prioritas ditentukan oleh produksi sehingga aspek lain dalam hubungan antarmanusia dengan kesadaran, kebudayaan, dan politik dikatakan dikonstruksikan oleh relasi ekonomi.
Kapitalisme yang dikemukakan oleh Marx adalah suatu cara produksi yang dipremiskan oleh kepemilikan pribadi sarana produksi. Kapitalisme bertujuan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, terutama dengan mengeksploitasi pekerja. Realisasi nilai surplus dalam bentuk uang diperoleh dengan menjual produk sebagai komoditas. Komoditas adalah sesuatu yang tersedia untuk dijual di pasar. Sedangkan komodifikasi adalah proses yang diasosiasikan dengan kapitalisme di mana objek, kualitas, dan tanda berubah menjadi komoditas.Seorang ilmuwan bernama Jean Baudrillard memandang bahwa budaya posmodernisme sebagai budaya masyarakat konsumen, tahapan kapitalis baru setelah Perang Dunia II. Selain itu, ilmuwan lain, Peter N. Stearns mengungkapkan bahwa kita hidup dalam dunia yang sangat diwarnai konsumerisme. Istilah konsumerisme, menurut Stearns :

.. consumerism is best defined by seeing how it emerged.but obviously we need some preliminary sense of what we are talking about. Consumerism describes a society in which many people formulate their goals in life partly through acquiring goods that they clearly do not need for subsistence or for traditional display. They become enmeshed in the process of acquisition shopping and take some of their identity from a posessionof new things that they buy and exhibit. In this society , a host of institutions both encourage and serve consumerism.. from eager shopkeepers trying to lure customers into buying more than they need to produce designer employed toput new twists on established models, to advertisers seeking ti create new needs..”
Konsumerisme, pada masa sekarang telah menjadi ideologi baru kita. Ideologi tersebut secara aktif memberi makna tentang hidup melalui mengkonsumsi material. Bahkan ideologi tersebut mendasari rasionalitas masyarakat kita sekarang, sehingga segala sesuatu yang dipikirkan atau dilakukan diukur dengan perhitungan material. Ideologi tersebut jugalah yang membuat orang tiada lelah bekerja keras mangumpulkan modal untuk bisa melakukan konsumsi.Budaya konsumen diciptakan dan ditujukan kepada negara-negara berkembang guna menciptakan sebuah pola hidup masyarakat yang menuju hedonisme. Budaya konsumen merupakan istilah yang menyangkut tidak hanya perilaku konsumsi, tetapi adanya suatu proses reorganisasi bentuk dan isi produksi simbolik di dalamnya.
Budaya Populer Membentuk Kapitalisme dan Konsumerisme
Gaya hidup merupakan cara hidup seseorang yang dapat diidentifikasikan dengan menilai bagaimana seseorang mengabiskan waktu mereka, apa yang mereka anggap penting bagi mereka (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga tentang lingkungan sekitar. Gaya hidup setiap masyarakat tentu saja berbeda-beda dan tentu saja memiliki perubahan yang dinamis dari masa ke masa. Masyarakat modern adalah masyarakat konsumtif. Masyarakat yang terus menerus berkonsumsi. Namun konsumsi yang dilakukan bukan lagi hanya sekedar kegiatan yang berasal dari produksi. Konsumsi tidak lagi sekedar kegiatan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dan fungsional manusia. Konsumsi telah menjadi budaya, budaya konsumsi.Perkembangan budaya konsumen telah mempengaruhi cara-cara masyarakat mengekspresikan estetika dan gaya hidup. Dalam masyarakat konsumen, terjadi perubahan mendasar berkaitan dengan cara-cara mengekspresikan diri dalam gaya hidupnya.
Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern, sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain. Dalam kaitannya dengan budaya konsumen, gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas, ekspresi diri serta kesadaran diri yang stylistic. Tubuh, busana, gaya pembicaraan, aktivitas rekreasi, dsb adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen. Gaya hidup adalah juga salah satu bentuk budaya konsumen. Karena gaya hidup seseorang dilihat dari apa yang dikonsumsinya, baik barang ataupun jasa. Konsumsi tidak hanya mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi, seperti televisi dan handphone. Akan tetapi, juga mengkonsumsi jasa, seperti rekreasi. Beberapa contoh dari gaya hidup yang nampak menonjol saat ini adalah nge-mall, hang out, fitness, dll.
Dalam arus globalisasi yang begitu pesat ini masyarakat harusnya mampu menyortir informasi yang layak untuk diperoleh. Perkembangan budaya konsumerisme hanya menguntukan para pemilik modal dan memanfaatkan masyarakat yang menjadi obyek. Budaya konsumerisme telah banyak merubah gaya hidup masyarakat saat ini. Masyarakat perlu untuk lebih teliti dan selektif lagi dalam menyaring informasi-informasi yang masuk.

Selain masyarakat yang selektif pemerintah pun perlu untuk lebih selektif lagi dalam menyaring informasi, budaya yang masuk, dan hal – hal barat yang masuk ke Indonesia karena pemerintah disini berperan sebagai salah satu juru kunci masuknya budaya popular dan konsumerisme. Pemerintah perlu untuk membuat regulasi yang dapat memperlambat perkembangan budaya konsumerisme yang begitu pesat. Apabila tidak ada kontrol yang kuat dari pemerintah dalam pembangunan pusat perbelanjaan di Indonesia, maka permasalahan konsumerisme masyarakat akan semakin susah untuk dikurangi.
Kesimpulan
Seperti yang telah kita ketahui bahwa globalisasi adalah hal yang tidak dapat dihindari, tentu saja hal tersebut tidak menutup kemungkinan jika kita pun akan terbawa dan mengikuti arus globalisasi tersebut. Perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan tidak bisa dilepaskan dari kehadiran pusat-pusat perbelanjaan modern. Era baru budaya konsumen ditandai dan dilembagakan dengan lahirnya pusat-pusat perbelanjaan. Dalam masyarakat modern saat ini konsumsi telah menjadi suatu kebutuhan vital yang tidak hanya berguna secara instrumental atau sekedar mengambil atau menghabiskan nilai fungsional dari suatu komoditi.

DAFTAR PUSTAKA

Baudrillard, Jean P. 2004. Masyarakat Konsumsi (diterjemahkan oleh Wahyunto.) Yogyakarta : Kreasi Wacana.

Barker, Chris. 2004. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Bantul : Kreasi Wacana.

Chaney, David. 2004. Life Styles, Sebuah Pengantar Komprehensif. Bandung : Jalasutra.

Featherstone, Mike. 2005. Posmodernisme dan Budaya Konsumen (Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


No comments:

Post a Comment