POP
CULTURE DAN KAPITALISME
KONSUMERISME DAN KAPITALISME
SEBAGAI DAMPAK DARI GLOBALISASI DAN BUDAYA POP
Oleh : Satria Avianda
Nurcahyo
Latar
Belakang Studi Budaya Populer
Dalam
buku Teori Budaya dan Budaya Pop yang ditulis oleh John Storey, Raymond Williams menyebut budaya bagai “satu
dari dua atau tiga kata yang paling rumit dalam bahasa Inggris”. Williams menawarkan tiga definisi
yang sangat luas. Pertama, budaya
dapat digunakan untuk mengacu pada “suatu proses umum perkembangan intelektual
spiritual, estetis, para filsuf agung, seniman, dan penyair-penyair besarnya.
Ini rumusan budaya yang paling mudah dipahami.Kedua, budaya bisa berarti “pandangan hidup tertentu dari
masyarakat, periode, atau kelompok tertentu.” Ketiga, Williams menyatakan bahwa budaya pun bisa merujuk pada
“karya dan praktik-praktik intelektual , terutama aktivitas artistik.” Dengan
kata lain, teks-teks dan praktik-praktik itu diandaikan memiliki fungsi utama
untuk menunjukkan, menandakan, memproduksi, atau kadang menjadi peristiwa yang
menciptakan makna tertentu.
Menurut
Raymond Williams dalam buku Teori Budaya dan Pop Culture yang ditulis oleh John
Storey, mendefinisikan budaya pop (pop
cultures) dengan dua kata terpisah. Yang pertama adalah popular, terhadap istilah ini Williams
memberikan empat makna: “banyak disukai orang”, “jenis kerja rendahan”, “karya
yang dilakukan untuk menyenangkan orang”, “budaya yang memang dibuat oleh orang
untuk dirinya sendiri.” Kemudian, untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu
mengkombinasikan dua istilah, yakni “budaya” dengan “popular” yang keduanya
memiliki formulasi definisinya sendiri-sendiri. Dari sisi sejarah, perjalanan
teori budaya dengan budaya pop adalah suatu sejarah di mana dua istilah itu
terhubung satu sama lain oleh pemakaian teoretis dalam konteks historis dan
sosial tertentu.
Konsumerisme
dan Kapitalisme
Budaya konsumen dilatarbelakangi oleh munculnya masa
kapitalisme yang diusung oleh Karl Marx yang kemudian disusul dengan
liberalisme. Budaya konsumen yang merupakan jantung dari kapitalisme adalah
sebuah budaya yang di dalamnya terdapat bentuk halusinasi, mimpi,
artifilsialitas, kemasan wujud komoditi, yang kemudian dikonstruksi sosial
melalui komunikasi ekonomi (iklan, show, media) sebagai kekuatan tanda (semiotic
power) kapitalisme.Asal mula konsumerisme dikaitkan dengan proses
industrialisasi pada awal abad ke-19. Karl Marx menganalisa buruh dan
kondisi-kondisi material dari proses produksi. Menurutnya, kesadaran manusia
ditentukan oleh kepemilikan alat-alat produksi. Prioritas ditentukan oleh
produksi sehingga aspek lain dalam hubungan antarmanusia dengan kesadaran,
kebudayaan, dan politik dikatakan dikonstruksikan oleh relasi ekonomi.
Kapitalisme yang dikemukakan oleh Marx adalah suatu cara
produksi yang dipremiskan oleh kepemilikan pribadi sarana produksi. Kapitalisme
bertujuan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, terutama dengan
mengeksploitasi pekerja. Realisasi nilai surplus dalam bentuk uang diperoleh
dengan menjual produk sebagai komoditas. Komoditas adalah sesuatu yang tersedia
untuk dijual di pasar. Sedangkan komodifikasi adalah proses yang diasosiasikan
dengan kapitalisme di mana objek, kualitas, dan tanda berubah menjadi
komoditas.Seorang ilmuwan
bernama Jean Baudrillard memandang bahwa budaya posmodernisme sebagai budaya
masyarakat konsumen, tahapan kapitalis baru setelah Perang Dunia II. Selain
itu, ilmuwan lain, Peter N.
Stearns mengungkapkan bahwa kita hidup
dalam dunia yang sangat diwarnai konsumerisme. Istilah konsumerisme, menurut
Stearns :
.. consumerism is best
defined by seeing how it emerged.but obviously we need some preliminary sense
of what we are talking about. Consumerism describes a society in which many
people formulate their goals in life partly through acquiring goods that they
clearly do not need for subsistence or for traditional display. They become
enmeshed in the process of acquisition shopping and take some of their identity
from a posessionof new things that they buy and exhibit. In this society , a
host of institutions both encourage and serve consumerism.. from eager
shopkeepers trying to lure customers into buying more than they need to produce
designer employed toput new twists on established models, to advertisers
seeking ti create new needs..”
Konsumerisme, pada masa sekarang telah menjadi ideologi
baru kita. Ideologi tersebut secara aktif memberi makna tentang hidup melalui
mengkonsumsi material. Bahkan ideologi tersebut mendasari rasionalitas
masyarakat kita sekarang, sehingga segala sesuatu yang dipikirkan atau dilakukan
diukur dengan perhitungan material. Ideologi tersebut jugalah yang membuat
orang tiada lelah bekerja keras mangumpulkan modal untuk bisa melakukan
konsumsi.Budaya
konsumen diciptakan dan ditujukan kepada negara-negara berkembang guna
menciptakan sebuah pola hidup
masyarakat yang menuju hedonisme. Budaya konsumen merupakan istilah yang
menyangkut tidak hanya perilaku konsumsi, tetapi adanya suatu proses
reorganisasi bentuk dan isi produksi simbolik di dalamnya.
Budaya
Populer Membentuk Kapitalisme dan Konsumerisme
Gaya hidup merupakan cara hidup seseorang yang dapat diidentifikasikan
dengan menilai bagaimana seseorang mengabiskan waktu mereka, apa yang mereka
anggap penting bagi mereka (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang
diri mereka sendiri dan juga tentang lingkungan sekitar. Gaya hidup setiap
masyarakat tentu saja berbeda-beda dan tentu saja memiliki perubahan yang
dinamis dari masa ke masa. Masyarakat modern adalah masyarakat
konsumtif. Masyarakat yang terus menerus berkonsumsi. Namun konsumsi yang
dilakukan bukan lagi hanya sekedar kegiatan yang berasal dari produksi.
Konsumsi tidak lagi sekedar kegiatan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dan
fungsional manusia. Konsumsi telah menjadi budaya, budaya konsumsi.Perkembangan budaya konsumen telah
mempengaruhi cara-cara masyarakat mengekspresikan estetika dan gaya hidup.
Dalam masyarakat konsumen, terjadi perubahan mendasar berkaitan dengan
cara-cara mengekspresikan diri dalam gaya hidupnya.
Gaya hidup
telah menjadi ciri dalam dunia modern, sehingga masyarakat modern akan
menggunakan gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain.
Dalam kaitannya dengan budaya konsumen, gaya hidup dikonotasikan dengan
individualitas, ekspresi diri serta kesadaran diri yang stylistic. Tubuh,
busana, gaya pembicaraan, aktivitas rekreasi, dsb adalah beberapa indikator
dari individualisme selera konsumen. Gaya hidup adalah juga salah satu bentuk
budaya konsumen. Karena gaya hidup seseorang dilihat dari apa yang
dikonsumsinya, baik barang ataupun jasa. Konsumsi tidak hanya mencakup kegiatan
membeli sejumlah barang atau materi, seperti televisi dan handphone. Akan
tetapi, juga mengkonsumsi jasa, seperti rekreasi. Beberapa contoh dari gaya
hidup yang nampak menonjol saat ini adalah nge-mall, hang out, fitness,
dll.
Dalam arus globalisasi yang begitu pesat ini
masyarakat harusnya mampu menyortir informasi yang layak untuk diperoleh. Perkembangan
budaya konsumerisme hanya
menguntukan para pemilik modal dan memanfaatkan masyarakat yang menjadi obyek.
Budaya konsumerisme telah banyak
merubah gaya hidup masyarakat saat ini. Masyarakat perlu untuk lebih teliti dan
selektif lagi dalam menyaring informasi-informasi yang masuk.
Selain masyarakat yang selektif pemerintah pun perlu
untuk lebih selektif lagi dalam menyaring informasi, budaya yang masuk, dan hal
– hal barat yang masuk ke Indonesia karena pemerintah disini berperan sebagai
salah satu juru kunci masuknya budaya popular dan konsumerisme. Pemerintah
perlu untuk membuat regulasi yang dapat memperlambat perkembangan budaya
konsumerisme yang begitu pesat. Apabila tidak ada
kontrol yang kuat dari pemerintah dalam pembangunan pusat perbelanjaan di
Indonesia, maka permasalahan konsumerisme masyarakat akan semakin susah untuk
dikurangi.
Kesimpulan
Seperti yang telah kita ketahui bahwa globalisasi adalah hal yang tidak
dapat dihindari, tentu saja hal tersebut tidak menutup kemungkinan jika kita
pun akan terbawa dan mengikuti arus globalisasi tersebut. Perubahan gaya hidup
masyarakat perkotaan tidak bisa dilepaskan dari kehadiran pusat-pusat
perbelanjaan modern. Era baru budaya konsumen ditandai dan dilembagakan dengan
lahirnya pusat-pusat perbelanjaan. Dalam masyarakat modern saat ini konsumsi telah menjadi
suatu kebutuhan vital yang tidak hanya berguna secara instrumental atau sekedar
mengambil atau menghabiskan nilai fungsional dari suatu komoditi.
DAFTAR
PUSTAKA
Baudrillard, Jean P. 2004. Masyarakat Konsumsi (diterjemahkan oleh Wahyunto.) Yogyakarta :
Kreasi Wacana.
Barker, Chris. 2004. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Bantul : Kreasi Wacana.
Chaney, David. 2004. Life Styles, Sebuah Pengantar Komprehensif. Bandung : Jalasutra.
Featherstone,
Mike. 2005. Posmodernisme
dan Budaya Konsumen (Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth). Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
No comments:
Post a Comment