Selamat Datang Di Blog Sederhana Saya

Friday, 3 January 2020

MAKALAH Penerapan Motivasi Sebagai Penggerak Etos Kerja Islami


MAKALAH
Penerapan Motivasi Sebagai Penggerak Etos Kerja Islami

 Oleh : Satria Avianda Nurcahyo

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhannya agar dapat melangsungkan kehidupannya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan bekerja. Namun sebagai orangmukmin, kita juga harus memperhatikan ajaran dan norma yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad kepada kita. Karena Nabi Muhammad adalah seorang Uswah Hasanah yang telah memberikan banyak contoh dalam kehidupan kita dan tidak diragukan lagi kebenarannya.
Dalam konteks ajaran Islam tentang perekonomian (iqtishadiyah), bekerja adalah modal dasar ajaran Islam itu sendiri. Sehingga disebutkan seorang muslim yang bekerja adalah orang mulia, sebab bekerja adalah bentuk ibadah yang merupakan kewajiban setiap orang yang mengaku mukmin.Namun, dalam bekerja juga harus disertai dengan niat yang benar.Sebab, motivasi kerja merupakan dasar bagi manusia untuk memperoleh nilai ibadah dari Allah SWT.Karena segala sesuatu tergantung dari niatnya. Sehingga apabila niat kita salah dalam bekerja, maka kita tidak akan pahala dari Allah, dan amalan kita menjadi sia-sia di akhirat. Oleh sebab itu, dalam pembahasan ini, kami akan menjelaskan bagaimana motivasi kerja yang benar dalam Islam.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu Motivasi dari Sudut Konvensional dan Islami
2.      Teori – Teori Motivasi Konvensional
3.      Bagaimana Etos Kerja Islami
4.      Apakah Dampak Pemberian Imbalan dan Hukuman Bagi Karyawan





       BAB II
PEMBAHASAN
A.   Motivasi Dari Sudut Konvensional dan Islami
Motivasi Dari Sudut Konvensional
Motivasi berasal dari kata lain “Movere” yang berarti dorongan atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi. Michel J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki.Menurut Dadi Permadi, motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baikyang positif maupun yang negatif.
Motivasi Kerja dalam Islam
Dalam buku yang berjudul Bekerja dengan Hati Nurani karya Akh. Muwafik Saleh,dikatakan bahwa selama ini, banyak orang bekerja untuk mengajar materi belaka demi kepentingan duniawi, mereka tak sedikitpun memerdulikan kepentingan akhirat kelak. Oleh karena itu sudah saatnya para pekerja bekerja dengan motivasi yang dapat memberikan kepribadian yang baik dan dibenarkan oleh Islam yang harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:

1.       Niat Baik dan Benar (Mengharap Ridha Allah SWT)
Sebelum seseorang bekerja, harus mengetahui apa niat dan motivasi dalam bekerja, niat inilah yang akan menentukan arah pekerjaan. Jika niat bekerja hanya untuk mendapatkan gaji, maka hanya itulah yang akan didapat. Tetapi jika niat bekerja sekaligus untuk menambah simpanan akhirat, mendapat harta halal, serta menafkahi keluarga, tentu akan mendapatkan sebagaimana yang diniatkan. Rasulullah SAW bersabda:
Dari Saad bin Abu Waqqash ra, Rasulullah SAW bersabda kepadanya: “Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan (bekerja) yang kamu niatkan untuk mencari keridhaan Allah niscaya kamu akan diberi pahala sebagai apa yang kamu sediakan untuk makan istrimu.” (HR. Bukhari-Muslim).


2.       Takwa dalam Bekerja
Takwa di sini terdapat dua pengertian.Pertama, taat melaksanakan perintah dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Kedua, sikap tanggung jawab seorang muslim terhadap keimanan yang telah diyakini dan diikrarkannya. Orang yang bertakwa dalam bekerja adalah orang yang mampu bertanggung jawab terhadap segala tugas yang diamanahkan.Orang yang bertakwa atau bertanggung jawab akan selalu menampilkan sikap-sikap positif, untuk itu orang yang bertakwa dalam bekerja akan menampilkan sikap-sikap sebagai berikut:
1.       Bekerja dengan cara terbaik sebagai wujud tanggung jawab terhadap kerja dan tugas yang diamanahkan.
2.      Menjauhi segala bentuk kemungkaran untuk dirinya dan orang lain dalam bekerja. Misalnya, tidak malas-malasan, merugikan rekan kerja, dsb.
3.      Taat pada aturan.
4.      Hanya menginginkan hasil pekerjaan yang baik dan halal.

3.       Ikhlas dalam Bekerja
Ikhlas adalah syarat kunci diterimanya amal perbuatan manusia disisi Allah SWT. Suatu kegiatan atau aktivitas termasuk kerja jika dilakukan dengan keikhlasan maka akan mendatangkan rahmat dari Allah SWT. Adapun ciri-ciri orang yang bekerja dengan Ikhlas yaitu:
1.      Bekerja semata-mata mengharap ridha Allah SWT.
2.       Bersih dari segala maksud pamrih dan ria.
3.       Penuh semangat dalam mengerjakan seluruh tugas pekerjaan.
4.       Tidak merasa rendah karena makian atau cercaan sehingga tidak mengurangi semangat dalam bekerja

Mencari rezeki yang halal dalam agama Islam hukumnya wajib.Ini menandakan bagaimana penting mencari rezeki yang halal.Dengan demikian, motivasi kerja dalam Islam bukan hanya memenuhi nafkah semata tetapi sebagai kewajiban ibadah fardlu lainnya.Islam sangat layak untuk dipilih sebagai jalan hidup (way of life).Islam tidak hanya berbicara tentang moralitas akhlak, tetapi juga memberikan peletakan dasar tentang konsep-konsep membangun kehidupan dan peradaban tinggi.
Islam menganjurkan umatnya agar memilih aktivitas dan karir yang benar-benar selaras dengan kecenderungan dan bakatnya. Dengan demikian, Islam meletakkan dasar yang kuat akan kebebasan berusaha. Hanya saja, untuk menghindari gejala-gejala kejahatan, Islam meletakkan batasan-batasan.Tujuan itu dinyatakan dalam Al-Qur‟an dengan ungkapan bahwa bekerja adalah ibadah.
Menurut syari‟at, keridhaan Allah SWT tidak akan didapatkan jika kita tidak melaksanakan tugas tekun, sungguh dan sempurna. Ambisi seorang mukmin dalam bekerja yang paling utama adalah mendapatkan ridha Allah SWT.Dari ambisi yang mulia ini timbul sikap jujur, giat dan tekun. Firman Allah SWT (Q.SAt Taubah: 105)
"Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(Q.S At Taubah : 105)
Ayat di atas memerintahkan agar kita bekerja, kerja itulah yang akan dilihat Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut tidak selalu bahwa yang satu dianugerahi derajat lebih tinggi dari yang lain, tetapi dimaksudkan bahwa kelebihan itu tidak lain daripada kelebihan keahlian dalam bidang kerja masing-masing. Dengan demikian, setiap orang pasti mempunyai kelebihan atas orang lain dalam bidang kerja tertentu dan dengan adanya kelebihan inilah setiap orang memerlukan bantuan orang lain untuk dapat terselenggaranya kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

4.       Menyadari bahwa Bekerja adalah Ibadah
Dalam sebuah jurnal tentang budaya kerja menurut perspektif Islam menyimpulkan bahwa ruang lingkup ibadah di dalam Islam sangat luas sekali, tidak hanya merangkum kegiatan kehidupan manusia dengan Tuhan tetapi dalam bermu‟amalah juga. Setiap aktivitas yang dilakukan baik yang berkaitan dengan individu maupun dengan masyarakat adalah ibadah menurut Islam selagi memenuhi syarat-syarat tertentu, syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Amalan yang dikerjakan itu hendaklah diakui Islam, bersesuaian dengan hukum-hukum Islam dan tidak bertentangan.
2.       Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik bagi tujuan untuk memelihara kehormatan diri, menyenangkan keluarga, memberi manfa‟at kepada umat seluruhnya dan memakmurkan bumi sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah.
3.       Amalan tersebut mestilah dibuat dengan sebaik-baiknya demi menepati apa yang ditetapkan Rasulullah SAW, yaitu Allah SWT amat menyukai seseorang yang membuat suatu pekerjaan dengan bersungguh-sungguh dan dalam keadaan yang baik.
4.       Ketika membuat amalan tersebut hendaklah sesuai menurut hukum-hukum Islam dan ketentuan batasanya, seperti tidak menzalimi orang lain, tidak khianat, tidak menipu dan tidak menindas atau merampas hak orang lain.
5.       Tidak meninggalkan ibadah-ibadah khusus seperti sholat, zakat, dan sebagainya.
Jadi, aktivitas yang kita kerjakan untuk mencari nafkah jangan hanya kita niatkan untuk kehidupan dunia semata, melainkan kita niatkan ibadah kepada Allah SWT supaya amalan kita tidak menjadi amalan yang rugi ketika di akhirat kelak.Karena pada hakekatnya manusia diciptakan oleh Allah SWT hanyalah untuk beribadah kepada-Nya.

B.   Teori Motivasi Konvensional
Teori Motivasi Maslow (Teori Kebutuhan)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting;
1.       Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
2.      Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
3.      Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
4.      Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
5.      Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).




Teori Motivasi Herzberg (Teori dua faktor)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
1.      Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik),
2.      Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
Teori Motivasi Achievement (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
1.      Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
2.      Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
3.      Need for Power (dorongan untuk mengatur).

C.   Etos Kerja Islami
1.      Kerja Adalah Ibadah
Niatlah dalam kerjamu sebagai ibadah, pengabdian kepada Allah. Maka, pekerjaanmu akan sukses di dunia maupun akhirat.Ingatkah kamu Al Quran Surat Al An'am ayat 162 yang menyebutkan, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah."Allah juga berfirman dalam Alquran Adzariat: 56-57, "Tidak akan Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali agar menyembah-Ku."

2.      Belanjakan Harta dari Kerja Dengan Baik
Kalau sudah bekerja keras dan mendapatkan harta, belanjalah sesuai kebutuhan, hindari sifat boros tanpa ada manfaat. Sebab, boros adan sifat syetan.Itu bukan berarti membuat Anda kikir atau pelit kepada sesama. Allah berfirman dalam Alquran Surat Al Furqon ayat 67, "Orang-orang yang membelanjakan harta tidak berlebihan dan tidak pula kikir, pembelanjaan itu berada di tengah-tengah antara yang demikian."


3.      Hindari Hal yang Diharamkan Allah
Anda tentu tahu, apa pekerjaan yang diharamkan Allah. Misalnya menjual diri, mencuri, menipu, dll. Semua yang diharamkan, hindarilah, maka kerja kerasmu akan mendapat ridho dari Allah. Etos kerja ditekankan dalam Islam.

4.      Hindari Unsur Maysir, Ghoror, Riba dan Batil
Dalam Islam, kerja keras harus halal, kembali pada poin di atas. Untuk itu, unsur-unsur yang diharamkan, seperti maysir, ghoror, riba dan batil tidak diperbolehkan.Apa itu riba? Misalnya, Anda kerja sebagai pemilik perbankan atau semacam bank titil. Meminjamkan uang dengan bunga mencekik. Kendati bekerja keras dan mendapatkan uang banyak, tetapi itu tidak sesuai prinsip-prinsip etos kerja dalam Islam.

5.      Kerja Keras Harus Halal
Agama Islam sangat jelas mewajibkan setiap Muslim untuk bekerja dari segala sesuatu yang halal, dari keringat yang halal.Seandainya kita pengusaha, pembisnis, wirausahawan, maka usaha kita harus halal, bebas riba, bebas penipuan atau kecurangan. Hal itu sesuai dengan ajaran Rasulullah Muhammad SAW. Kerja yang baik adalah kerja dari seorang lelaki dengan tangannya, dan semua jual-beli yang baik (mabrur, halal).
Islam memotivasi umatnya untuk berkompetisi dalam kebaikan, memiliki etos kerja yang baik, yang menentukan nilai hidup di dunia dan konsekuensi di akhirat kelak. Demikian disebutkan dalam firman Allah dalam QS. 2 (Al-Baqarah) : 148. Hubungan etos kerja dengan eskatologi, balasan di akhirat, memberikan kestabilan (istiqamah) pada setiap pribadi akan mendapatkan hasil kebaikan terhadap setiap amal baik yang dilakukan, yang tidak bergantung pada kreativitas manusia.







D.   Tujuan Pemberian Imbalan dan Hukuman Bagi Karyawan
Tujuan Pemberian Imbalan (Reward)
Menurut Hasibuan (1994) tujuan pemberian imbalan atau Kompensasi adalah :
1.      Sebagai ikatan kerja sama
Dengan pemberian imbalan atau kompensasi maka akan tercipta suatu ikatan kerja sama formal antara majikan dengan karyawan, disatu pihak karyawan mempunyai kewajiban untuk mengerjakan dengan baik semua tugas yang dibebankan perusahaan kepadanya, dipihak lain perusahaan mempunyai kewajiban membayar imbalan atau kompensasi sesuai dengan tugas yang dibebankan.
2.      Memberikan kepuasan kerja
Dengan pemberian imbalan atau kompensasi diharapkan karyawan dapat memenuhi kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial serta kebutuhan lainnya, sehingga karyawan memperoleh kepuasan kerja.
3.      Rekruitmen yang efektif
Apabila kebijaksanaan imbalan atau kompensasi yang akan diterapkan dipandang cukup besar, tentunya pengadaan karyawan yang qualified akan lebih muda.
4.      Alat untuk memotivasi
Imbalan atau kompensasi akan sangat mempengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhannya, individu membutuhkan uang yang diperolehnya sebagai imbalan dari tempat ia bekerja, dan hal ini juga akan mempengaruhi  semangatnya dalam bekerja.
5.      Stabilitas karyawan
Imbalan yang cukup juga berpengaruh terhadap stabilitas karyawan. Keluar masuknya karyawan dapat ditekan bahkan bisa dikatakan tidak ada apabila imbalan yang diberikan dirasa cukup adil sehingga karyawan merasa nyaman dalam bekerja.

Tujuan Pemberian Hukuman (Punishment)
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai. Dengan sangsi hukum yang semakin berat, maka pegawai akan semakin takut untuk melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indispliner pegawai juga akan semakin berkurang.
Sanksi hukum harus diterapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal dan diinformasikan secara jelas kepada seluruh pegawai. Sanksi hukum harus bersifat mendidik pegawai untuk mengubah perilakunya yang bertentangan dengan peraturan/ketentuan yang sudah disepakati bersama.
Lebih jauh sanksi hukum haruslah wajar untuk setiap tingkatan indisipliner, sehingga dapat menjadi alat motivasi bagi pegawai untuk menjaga dan memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
Pengaruh dalam Kinerja Organisasi
Imbalan dan hukuman memberi pengaruh yang berbeda terhadap kinerja organisasi. Dengan adanya imbalan dapat memberikan motivasi terhadap anggota organisasi dari motivasi tinggi tersebut dapat memberikan hasil yang lebih dari yang diharapkan dalam organisasi. Dampak lainnya adalah munculnya persaingan antar anggota untuk memperoleh imbalan. Saling menjatuhkan. Kompetisi persaingan antar anggota.
Hukuman memberikan batasan terhadap organisasi sehingga visi misi dapat tercapai. Lebih berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan yg dapat merugikan. Mengurangi resiko kesalahan dalam organisasi. Aktivitas organisasi berjalan lancar tanpa hambatan.









BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Setelah kita membaca tulisan diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi itu sendiri dalam islam sangat terkait dengan masalah niat. Karena niatpun merupakan sebuah pendorong dalam melakukan sebuah kegiatan. Seperti dalam sebuah hadits dari Umar bin Khatab tentang niat.Karena motivasi itu disebut juga pendorong maka penggerak dan pendorong itu tidak jauh dari naluri baik bersifat negati ataupun positif. Dan sesungguhnya motivasi itu mengarahkan pada suatu tujuan.

B.     Saran
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh Mahasiswa khususnya para pembaca agar tergugah untuk terus dapat meningkatkan kualitas Motivasi Islami dalam usahanya, dan dapat menambah pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa. Demi penyempurnaan makalah ini, Kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif.



BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen Sumber Daya Manusia,Jakarta, PT Raja Grasindo Persada, 2007
Yusuf Qardhawi, Norma Dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta, Gema Insani Press, 1997
Ahlami, Budaya Kerja Menurut Perspektif Islam , Bandung Tiga Rancana Press 2001


No comments:

Post a Comment