MAKALAH
Penerapan
Motivasi Sebagai Penggerak Etos Kerja Islami
Oleh : Satria Avianda Nurcahyo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
dituntut untuk memenuhi kebutuhannya agar dapat melangsungkan kehidupannya.
Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan bekerja. Namun
sebagai orangmukmin, kita juga harus memperhatikan ajaran dan norma yang telah
ditetapkan oleh Nabi Muhammad kepada kita. Karena Nabi Muhammad adalah seorang
Uswah Hasanah yang telah memberikan banyak contoh dalam kehidupan kita dan
tidak diragukan lagi kebenarannya.
Dalam konteks ajaran Islam tentang
perekonomian (iqtishadiyah), bekerja adalah modal dasar ajaran Islam itu
sendiri. Sehingga disebutkan seorang muslim yang bekerja adalah orang mulia,
sebab bekerja adalah bentuk ibadah yang merupakan kewajiban setiap orang yang
mengaku mukmin.Namun, dalam bekerja juga harus disertai dengan niat yang
benar.Sebab, motivasi kerja merupakan dasar bagi manusia untuk memperoleh nilai
ibadah dari Allah SWT.Karena segala sesuatu tergantung dari niatnya. Sehingga
apabila niat kita salah dalam bekerja, maka kita tidak akan pahala dari Allah,
dan amalan kita menjadi sia-sia di akhirat. Oleh sebab itu, dalam pembahasan
ini, kami akan menjelaskan bagaimana motivasi kerja yang benar dalam Islam.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu Motivasi dari Sudut Konvensional dan Islami
2.
Teori – Teori Motivasi Konvensional
3.
Bagaimana Etos Kerja Islami
4.
Apakah Dampak Pemberian Imbalan dan Hukuman Bagi
Karyawan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Motivasi
Dari Sudut Konvensional dan Islami
Motivasi Dari Sudut
Konvensional
Motivasi
berasal dari kata lain “Movere” yang berarti dorongan atau bahasa
Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat
dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak
berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor
eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut
motivasi. Michel J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan
dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang
dikehendaki.Menurut Dadi Permadi, motivasi adalah dorongan dari dalam untuk
berbuat sesuatu, baikyang positif maupun yang negatif.
Motivasi Kerja dalam Islam
Dalam buku yang berjudul Bekerja
dengan Hati Nurani karya Akh. Muwafik Saleh,dikatakan bahwa selama ini, banyak
orang bekerja untuk mengajar materi belaka demi kepentingan duniawi, mereka tak
sedikitpun memerdulikan kepentingan akhirat kelak. Oleh karena itu sudah
saatnya para pekerja bekerja dengan motivasi yang dapat memberikan kepribadian
yang baik dan dibenarkan oleh Islam yang harus memenuhi ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Niat
Baik dan Benar (Mengharap Ridha Allah SWT)
Sebelum seseorang bekerja, harus
mengetahui apa niat dan motivasi dalam bekerja, niat inilah yang akan
menentukan arah pekerjaan. Jika niat bekerja hanya untuk mendapatkan gaji, maka
hanya itulah yang akan didapat. Tetapi jika niat bekerja sekaligus untuk
menambah simpanan akhirat, mendapat harta halal, serta menafkahi keluarga,
tentu akan mendapatkan sebagaimana yang diniatkan. Rasulullah SAW bersabda:
Dari Saad bin Abu Waqqash ra, Rasulullah SAW bersabda
kepadanya: “Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan (bekerja) yang kamu
niatkan untuk mencari keridhaan Allah niscaya kamu akan diberi pahala sebagai
apa yang kamu sediakan untuk makan istrimu.” (HR. Bukhari-Muslim).
2. Takwa
dalam Bekerja
Takwa di sini terdapat dua
pengertian.Pertama, taat melaksanakan perintah dan menjauhi segala bentuk
larangan-Nya. Kedua, sikap tanggung jawab seorang muslim terhadap keimanan yang
telah diyakini dan diikrarkannya. Orang yang bertakwa dalam bekerja adalah
orang yang mampu bertanggung jawab terhadap segala tugas yang diamanahkan.Orang
yang bertakwa atau bertanggung jawab akan selalu menampilkan sikap-sikap
positif, untuk itu orang yang bertakwa dalam bekerja akan menampilkan
sikap-sikap sebagai berikut:
1.
Bekerja dengan cara terbaik sebagai wujud
tanggung jawab terhadap kerja dan tugas yang diamanahkan.
2.
Menjauhi segala bentuk kemungkaran untuk dirinya dan
orang lain dalam bekerja. Misalnya, tidak malas-malasan, merugikan rekan kerja,
dsb.
3.
Taat pada aturan.
4.
Hanya menginginkan hasil pekerjaan yang baik dan
halal.
3. Ikhlas
dalam Bekerja
Ikhlas adalah syarat kunci
diterimanya amal perbuatan manusia disisi Allah SWT. Suatu kegiatan atau
aktivitas termasuk kerja jika dilakukan dengan keikhlasan maka akan
mendatangkan rahmat dari Allah SWT. Adapun ciri-ciri orang yang bekerja dengan
Ikhlas yaitu:
1.
Bekerja semata-mata mengharap ridha Allah SWT.
2.
Bersih dari segala maksud pamrih dan ria.
3.
Penuh semangat dalam mengerjakan seluruh tugas
pekerjaan.
4.
Tidak merasa rendah karena makian atau cercaan
sehingga tidak mengurangi semangat dalam bekerja
Mencari rezeki yang halal dalam
agama Islam hukumnya wajib.Ini menandakan bagaimana penting mencari rezeki yang
halal.Dengan demikian, motivasi kerja dalam Islam bukan hanya memenuhi nafkah
semata tetapi sebagai kewajiban ibadah fardlu lainnya.Islam sangat layak untuk
dipilih sebagai jalan hidup (way of life).Islam tidak hanya berbicara
tentang moralitas akhlak, tetapi juga memberikan peletakan dasar tentang konsep-konsep
membangun kehidupan dan peradaban tinggi.
Islam menganjurkan umatnya agar
memilih aktivitas dan karir yang benar-benar selaras dengan kecenderungan dan
bakatnya. Dengan demikian, Islam meletakkan dasar yang kuat akan kebebasan
berusaha. Hanya saja, untuk menghindari gejala-gejala kejahatan, Islam
meletakkan batasan-batasan.Tujuan itu dinyatakan dalam Al-Qur‟an dengan
ungkapan bahwa bekerja adalah ibadah.
Menurut syari‟at, keridhaan Allah
SWT tidak akan didapatkan jika kita tidak melaksanakan tugas tekun, sungguh dan
sempurna. Ambisi seorang mukmin dalam bekerja yang paling utama adalah
mendapatkan ridha Allah SWT.Dari ambisi yang mulia ini timbul sikap jujur, giat
dan tekun. Firman Allah SWT (Q.SAt Taubah: 105)
"Bekerjalah kamu, Maka Allah
dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(Q.S At
Taubah : 105)
Ayat di atas memerintahkan agar kita
bekerja, kerja itulah yang akan dilihat Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam
ayat tersebut tidak selalu bahwa yang satu dianugerahi derajat lebih tinggi
dari yang lain, tetapi dimaksudkan bahwa kelebihan itu tidak lain daripada kelebihan
keahlian dalam bidang kerja masing-masing. Dengan demikian, setiap orang pasti
mempunyai kelebihan atas orang lain dalam bidang kerja tertentu dan dengan
adanya kelebihan inilah setiap orang memerlukan bantuan orang lain untuk dapat
terselenggaranya kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
4. Menyadari
bahwa Bekerja adalah Ibadah
Dalam sebuah jurnal tentang budaya
kerja menurut perspektif Islam menyimpulkan bahwa ruang lingkup ibadah di dalam
Islam sangat luas sekali, tidak hanya merangkum kegiatan kehidupan manusia
dengan Tuhan tetapi dalam bermu‟amalah juga. Setiap aktivitas yang dilakukan
baik yang berkaitan dengan individu maupun dengan masyarakat adalah ibadah
menurut Islam selagi memenuhi syarat-syarat tertentu, syarat-syarat tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Amalan yang dikerjakan itu hendaklah diakui Islam,
bersesuaian dengan hukum-hukum Islam dan tidak bertentangan.
2.
Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik
bagi tujuan untuk memelihara kehormatan diri, menyenangkan keluarga, memberi
manfa‟at kepada umat seluruhnya dan memakmurkan bumi sebagaimana yang
dianjurkan oleh Allah.
3.
Amalan tersebut mestilah dibuat dengan
sebaik-baiknya demi menepati apa yang ditetapkan Rasulullah SAW, yaitu Allah
SWT amat menyukai seseorang yang membuat suatu pekerjaan dengan
bersungguh-sungguh dan dalam keadaan yang baik.
4.
Ketika membuat amalan tersebut hendaklah sesuai
menurut hukum-hukum Islam dan ketentuan batasanya, seperti tidak menzalimi
orang lain, tidak khianat, tidak menipu dan tidak menindas atau merampas hak
orang lain.
5.
Tidak meninggalkan ibadah-ibadah khusus seperti
sholat, zakat, dan sebagainya.
Jadi, aktivitas yang kita kerjakan
untuk mencari nafkah jangan hanya kita niatkan untuk kehidupan dunia semata,
melainkan kita niatkan ibadah kepada Allah SWT supaya amalan kita tidak menjadi
amalan yang rugi ketika di akhirat kelak.Karena pada hakekatnya manusia
diciptakan oleh Allah SWT hanyalah untuk beribadah kepada-Nya.
B.
Teori
Motivasi Konvensional
Teori Motivasi Maslow (Teori Kebutuhan)
Abraham Maslow (1943;1970)
mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia
menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan
dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan
Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif
psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar
terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian
sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang
penting;
1.
Kebutuhan
fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
2.
Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh
dari bahaya)
3.
Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki
(berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
4.
Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi,
berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
5.
Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif:
mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian,
keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan
diri dan menyadari potensinya).
Teori Motivasi Herzberg (Teori dua faktor)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan
faktor motivator (faktor intrinsik).
1.
Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari
ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi
lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik),
2.
Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha
mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan,
kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
Teori Motivasi Achievement (Teori Kebutuhan
Berprestasi)
Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961),
menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
1. Need for
achievement (kebutuhan akan prestasi)
2. Need for
afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya
Maslow)
3. Need for
Power (dorongan untuk mengatur).
C.
Etos Kerja
Islami
1. Kerja Adalah Ibadah
Niatlah dalam kerjamu sebagai ibadah, pengabdian kepada
Allah. Maka, pekerjaanmu akan sukses di dunia maupun akhirat.Ingatkah kamu Al
Quran Surat Al An'am ayat 162 yang menyebutkan, "Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah."Allah juga berfirman
dalam Alquran Adzariat: 56-57, "Tidak akan Aku ciptakan jin dan manusia,
kecuali agar menyembah-Ku."
2. Belanjakan Harta dari Kerja Dengan Baik
Kalau sudah bekerja keras dan mendapatkan harta, belanjalah
sesuai kebutuhan, hindari sifat boros tanpa ada manfaat. Sebab, boros adan
sifat syetan.Itu bukan berarti membuat Anda kikir atau pelit kepada sesama.
Allah berfirman dalam Alquran Surat Al Furqon ayat 67, "Orang-orang yang
membelanjakan harta tidak berlebihan dan tidak pula kikir, pembelanjaan itu
berada di tengah-tengah antara yang demikian."
3. Hindari Hal yang Diharamkan Allah
Anda tentu tahu, apa pekerjaan yang diharamkan Allah.
Misalnya menjual diri, mencuri, menipu, dll. Semua yang diharamkan, hindarilah,
maka kerja kerasmu akan mendapat ridho dari Allah. Etos kerja ditekankan dalam
Islam.
4. Hindari Unsur Maysir, Ghoror, Riba dan Batil
Dalam Islam, kerja keras harus halal, kembali pada poin di
atas. Untuk itu, unsur-unsur yang diharamkan, seperti maysir, ghoror, riba dan
batil tidak diperbolehkan.Apa itu riba? Misalnya, Anda kerja sebagai pemilik
perbankan atau semacam bank titil. Meminjamkan uang dengan bunga mencekik.
Kendati bekerja keras dan mendapatkan uang banyak, tetapi itu tidak sesuai
prinsip-prinsip etos kerja dalam Islam.
5. Kerja Keras Harus Halal
Agama Islam sangat jelas mewajibkan setiap Muslim untuk
bekerja dari segala sesuatu yang halal, dari keringat yang halal.Seandainya
kita pengusaha, pembisnis, wirausahawan, maka usaha kita harus halal, bebas
riba, bebas penipuan atau kecurangan. Hal itu sesuai dengan ajaran Rasulullah
Muhammad SAW. Kerja yang baik adalah kerja dari seorang lelaki dengan
tangannya, dan semua jual-beli yang baik (mabrur, halal).
Islam
memotivasi umatnya untuk berkompetisi dalam kebaikan, memiliki etos kerja yang
baik, yang menentukan nilai hidup di dunia dan konsekuensi di akhirat kelak.
Demikian disebutkan dalam firman Allah dalam QS. 2 (Al-Baqarah) : 148. Hubungan
etos kerja dengan eskatologi, balasan di akhirat, memberikan kestabilan (istiqamah)
pada setiap pribadi akan mendapatkan hasil kebaikan terhadap setiap amal baik
yang dilakukan, yang tidak bergantung pada kreativitas manusia.
D.
Tujuan
Pemberian Imbalan dan Hukuman Bagi Karyawan
Tujuan Pemberian Imbalan (Reward)
Menurut Hasibuan (1994) tujuan pemberian imbalan atau
Kompensasi adalah :
1. Sebagai
ikatan kerja sama
Dengan pemberian imbalan atau kompensasi maka akan
tercipta suatu ikatan kerja sama formal antara majikan dengan karyawan, disatu
pihak karyawan mempunyai kewajiban untuk mengerjakan dengan baik semua tugas
yang dibebankan perusahaan kepadanya, dipihak lain perusahaan mempunyai kewajiban
membayar imbalan atau kompensasi sesuai dengan tugas yang dibebankan.
2. Memberikan
kepuasan kerja
Dengan pemberian imbalan atau kompensasi diharapkan
karyawan dapat memenuhi kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial serta kebutuhan
lainnya, sehingga karyawan memperoleh kepuasan kerja.
3. Rekruitmen
yang efektif
Apabila kebijaksanaan imbalan atau kompensasi yang
akan diterapkan dipandang cukup besar, tentunya pengadaan karyawan yang
qualified akan lebih muda.
4. Alat untuk
memotivasi
Imbalan atau kompensasi akan sangat mempengaruhi
motivasi seseorang dalam bekerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk dapat
memenuhi kebutuhannya, individu membutuhkan uang yang diperolehnya sebagai
imbalan dari tempat ia bekerja, dan hal ini juga akan mempengaruhi
semangatnya dalam bekerja.
5. Stabilitas
karyawan
Imbalan yang cukup juga berpengaruh terhadap
stabilitas karyawan. Keluar masuknya karyawan dapat ditekan bahkan bisa
dikatakan tidak ada apabila imbalan yang diberikan dirasa cukup adil sehingga
karyawan merasa nyaman dalam bekerja.
Tujuan Pemberian Hukuman (Punishment)
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara
kedisiplinan pegawai. Dengan sangsi hukum yang semakin berat, maka pegawai akan
semakin takut untuk melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan
perilaku indispliner pegawai juga akan semakin berkurang.
Sanksi hukum harus diterapkan berdasarkan pertimbangan
logis, masuk akal dan diinformasikan secara jelas kepada seluruh pegawai.
Sanksi hukum harus bersifat mendidik pegawai untuk mengubah perilakunya yang bertentangan
dengan peraturan/ketentuan yang sudah disepakati bersama.
Lebih jauh sanksi hukum haruslah wajar untuk setiap
tingkatan indisipliner, sehingga dapat menjadi alat motivasi bagi pegawai untuk
menjaga dan memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
Pengaruh dalam Kinerja Organisasi
Imbalan dan hukuman memberi pengaruh yang berbeda
terhadap kinerja organisasi. Dengan adanya imbalan dapat memberikan motivasi
terhadap anggota organisasi dari motivasi tinggi tersebut dapat memberikan
hasil yang lebih dari yang diharapkan dalam organisasi. Dampak lainnya adalah
munculnya persaingan antar anggota untuk memperoleh imbalan. Saling
menjatuhkan. Kompetisi persaingan antar anggota.
Hukuman memberikan batasan terhadap organisasi
sehingga visi misi dapat tercapai. Lebih berhati-hati agar tidak melakukan
kesalahan yg dapat merugikan. Mengurangi resiko kesalahan dalam organisasi.
Aktivitas organisasi berjalan lancar tanpa hambatan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah kita membaca
tulisan diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi itu sendiri dalam islam sangat
terkait dengan masalah niat. Karena niatpun merupakan sebuah pendorong dalam
melakukan sebuah kegiatan. Seperti dalam sebuah hadits dari Umar bin Khatab
tentang niat.Karena motivasi itu disebut juga pendorong maka penggerak dan
pendorong itu tidak jauh dari naluri baik bersifat negati ataupun positif. Dan
sesungguhnya motivasi itu mengarahkan pada suatu tujuan.
B. Saran
Penulis
berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh Mahasiswa khususnya
para pembaca agar tergugah untuk terus dapat meningkatkan kualitas Motivasi
Islami dalam usahanya, dan dapat
menambah pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa. Demi penyempurnaan makalah
ini, Kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif.
BAB V
DAFTAR
PUSTAKA
Winardi, Motivasi
dan Pemotivasian dalam Manajemen Sumber Daya Manusia,Jakarta, PT Raja
Grasindo Persada, 2007
Yusuf
Qardhawi, Norma Dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta, Gema Insani
Press, 1997
Ahlami, Budaya
Kerja Menurut Perspektif Islam , Bandung Tiga Rancana Press 2001
No comments:
Post a Comment